168 JAM SANDERA


JUDUL: 168 JAM SANDERA: MEMOAR JURNALIS INDONESIA YANG DISANDERA DI IRAK

PENGARANG: MEUTYA HAFID

PENERBIT: HIKMAH

TAHUN: 2007

JUMLAH HAL: 280 halaman

ISBN: 978-979-114-121-5


Buku yang kata pengantarnya ditulis oleh Presiden RI, Bpk Susilo Bambang Yudhoyono, ini wajib dibaca bagi siapapun. Terutama bagi mereka yang ingat hari-hari mencekam hilangnya wartawan Indonesia, Meutya Hafid dan Budiyanto, saat meliput perang Irak bulan Februari 2005. Seluruh insan Muslim Indonesia terfokus pada drama penyanderaan keduanya. Berbagai upaya diplomatik dilakukan, dan alhamdulillah, keduanya dibebaskan tak kurang suatu apa.
Bekerja sebagai peliput berita di medan perang, entah wartawan foto, cetak, atau elektronik, sangat berisiko. Tidak sedikit diantaranya yang kehilangan nyawa. Setidaknya dapat bernasib seperti Meutya Hafid dan Budiyanto, yang sempat disandera dan terancam mati.


Buku dibuka langsung dengan adegan penyergapan Meutya dan Budi, saat berhenti mengisi bensin di sebuah pompa bensin. Sekelompok pria dengan penutup wajah memaksa masuk ke dalam mobil dan membawa mereka semua ke suatu tempat. Disinilah petualangan mendebarkan dimulai.


Catatan harian ini ditulis langsung oleh Meutya Hafid, dan pembaca dapat mengikuti detik demi detik pengalaman hidup yang menyita perhatian seluruh masyarakat Indonesia saat itu. Jutaan mata mengikuti perkembangan penyanderaan di Irak. Meutya Hafid memang dikenal masyarakat dan kerap tampil mengesankan di layar kaca. Dan kini jutaan penduduk Indonesia mendo'akan keselamatannya.


Untuk dapat merasakan apa yang Meutya dan Budi rasakan, buku ini wajib dibaca.

Komentar

Postingan Populer