LE GRAND VOYAGE
JUDUL: LE GRAND VOYAGE
SUTRADARA: ISMAEL FERROUKHI
TAHUN: 2005
DURASI: 108 menit
PENERBIT DVD: JIVE! COLLECTION
Film pembukaan Jakarta International Film Festival (JIFFEST) 2005 ini memang pantas menjadi film pembuka dan wajib ditonton oleh semua Muslim. Produksi patungan Perancis dan Maroko ini menceritakan seorang ayah yang sudah sepuh dan putra bungsunya melakukan ibadah haji melalui darat dari Perancis ke Mekkah.
Alkisah mereka keluarga imigran Maroko dan sudah lama tinggal di Perancis. Ayah senantiasa memelihara nilai-nilai Islam dalam keluarganya, namun putra bungsunya, yang lahir di Perancis, tidak hidup selayaknya seorang Muslim. Ia jarang shalat, tidak paham Al Qur'an, besar di lingkungan non-Islam, pacarnya seorang Kristen, dan sebagainya.
Awalnya sang ayah akan diantar oleh putra tertuanya. Namun suatu musibah terjadi hingga tak ada pilihan lain bagi putra bungsunya untuk mengemudikan mobil reot mereka ke Mekkah. Sang anak tidak suka dengan tugas ini dan bertanya mengapa ayahnya tidak pergi naik pesawat terbang. Lebih praktis. Ayah menjawab,"Lebih baik pergi haji berjalan kai daripada naik kuda. Lebih baik naik kuda daripada naik mobil. Lebih baik naik mobil daripada naik kapal laut. Lebih baik naik kapal laut daripada naik pesawat." Singkat kata, berangkatlah mereka menempuh perjalanan amat panjang.
Selama perjalanan tak henti-hentinya mereka bertengkar. Sang anak selalu mengeluh ini-itu, dan sang ayah tetap sabar. Setiap melewati kota dan negara eksotis (maklum, ini pertama kalinya sang anak pergi ke luar negeri), ia bersikap selayaknya turis. Ingin mampir kesana-kemari dan mengambil foto. Ayah kesal karena mereka lewat kota ini bukan untuk berlibur, melainkan untuk pergi haji. Sang anak menelepon pacarnya terus-terusan (termasuk bertengkar), hingga ayahnya kesal dan ponsel dibuang. Sang anak tidak mengerti mengapa ayahnya menerima pembayaran dari seorang miskin berupa kambing, sementara mereka butuh uang. Dst dst dst.
Hingga akhirnya mereka memasuki kota Mekkah dan miqat untuk umrah. Sang anak setiap subuh melepas ayahnya pergi dan menghabiskan waktu dengan duduk-duduk saja memperhatikan suasana musim haji. Disini kita bisa melihat suasana jamaah haji yang berdatangan dengna mobil. Mereka kemping, tidur-tiduran didepan api unggun, dll. Sesuatu yang jarang dirasakan jamaah asal Indonesia yang umumnya pergi dengan pesawat terbang. Kegiatan rutin ini berlangsung tiap hari hingga suatu peristiwa memaksa sang anak masuk kota ke Masjidil Haram mencari ayahnya.
Film ini sangat menyentuh, sarat nilai, dan sangat mengharukan. Le Grand Voyage menjadi box office selama JIFFEST 2005 dan beberapa waktu lalu DVD resminya beredar di Indonesia, dengan subtitles Bahasa.
Komentar
Di Masjid Tan'im (a.k.a Masjid Aisyah), tempat miqat terdekat menuju Mekkah, banyak banget mobil kemping disana. Rada mengenaskan sih, krn mereka hidup seadanya. Apalagi MCK masjid ngga mampu menampung sekian ribu jamaah setiap hari disitu.
Belum lagi mereka yg kemping di Arafah dan Mina. Berbeda dgn jamaah rombongan spt Indonesia, mereka jarang dpt snack box dan buah2an gratis, walau pastinya Pemerintah Arab Saudi juga ngasih. Banyak juga diantara mereka jalan kaki dari Arafah ke Muzdalifah, lalu ke Mina.
Mungkin kelak kita perlu merasakan haji backpacking. Pengalamannya pasti beda.